Selasa, 21 Juli 2009

Kasih sayang,part 1

Kemaren malam tia membaca note teman tentang kasih sayang seorang adik kepada kakaknya.Adik kakak yang tinggal disebuah dusun.si adik sangat mencintai kakaknya.berawal dari berusaha menutupi kesalahan kakaknya yang telah mencuri uang ayahnya.hingga dia dipukuli habis-habisan oleh ayahnya.ketika kakaknya merasa iba dan mau mengakui perbuatannya,sambil tersenyum tangan kecil adiknya menutupi mulut kakaknya dan mengatakan:"kak,jangan sedih,itu sudah terlanjur terjadi".
Dan kejadian itu sudah lama,tetapi sikakak tetap tidak bisa melupakannya.ketika sampai saat terakhir adiknya di smp dan dia juga sudah ditrima di perguruan tinggi.pada malam harinya sang ayah duduk,sambil memberenggut bliau berkata,"kedua anakku telah memperlihatkan hasil yang begitu baik...begitu baik".dan istrinya datang seraya berkata,"tapi tetap saja kita tidak bisa menyekolahkan keduanya sekaligus".si adik keluar kehadapan ayahnya dan berkata,"ayah,biarlah saya tidak melanjutkan sekolah.saya sudah membaca banyak buku".si ayah marah dan mengayunkan tangannya kemuka si adik sambil berkata bahwa dia akan tetap menyekolahkan kedua anaknya meskipun harus mengemis kerumah-rumah.sambil mengusapkan tangan kemuka adiknya yang bengkak,si kakak berkata bahwa sudah sepatutnya laki-laki melanjutkan sekolah dan mengangkat derajat keluarganya.dan didalm hati dia juga bertekad untuk tidak melanjutkan kuliah.
keesokan subuh,ternyata dia tidak menemukan sang adik.hanya ada secarik kertas dibawah bantalnya.pesan dari adiknya."kak masuk ke universitas tidaklah mudah,saya akan mencari kerja dan akan mengirimimu uang"
begitu seterusnya ,si adik selalu mendahulukan kebutuhan kakaknya.
Tahun itu, adiknya 23. sikakak berusia 26.
Ketika sang kakak menikah, dia tinggal di kota . Berkali-kali dia dan suaminya mengundang orang tuanya untuk datang dan tinggal bersama mereka, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adiknya tidak setuju juga, mengatakan :
"Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."
Suami sikakak menjadi direktur pabriknya. dan mereka menginginkan sang adik mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi siadik menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.
Suatu hari, sang adik diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel,ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. sang kakak dan suaminya pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, kakak menggerutu :
"Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"
Dengan tampang yang serius pada wajahnya, si adik membela keputusannya. :
"Pikirkan kakak ipar...ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?"
Mata suami sikakak dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kata kakak yang sepatah-sepatah:
"Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"
"Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tangan kakaknya.Tahun itu,si adik berusia 26 dan kakak 29.
sampai suatu saat si adik menikahi anak dari petani dari dusun itu."siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?"ada yang bertanya kepadanya.si adikpun menjawab:"kakakku".Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat diingat kakaknya :
"Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiaphari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku.Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya.Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."
mungkin si adik juga tidak sepatutnya mengakui hal yang bukan merupakan kesalahannya.tapi,hal itu juga bagian dari caranya menjaga kakak yang dicintainya.seorang anak yang pada saat itu baru berusia 8 tahun.
"sudahkan dirimu cukup bersabar dalam mendidik adikmu?",gema pertanyaan didalam otakku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar